Erwin Rudolf Josef Alexander Schrödinger

 



Selama Perang Dunia I, ia menjadi perwira artileri. Setelah perang ia mengajar di Zürich, Swiss. Di sana, ia menangkap pengertian Louis-Victor Pierre Raymond de Broglie yang menyatakan bahwa partikel yang bergerak memiliki sifat gelombang dan mengembangkan pengertian itu menjadi suatu teori yang terperinci dengan baik. Setelah ia menemukan persamaannya yang terkenal, ia dan ilmuwan lainnya memecahkan persamaan itu untuk berbagai masalah; di sini kuantisasi muncul secara alamiah, misalnya dalam masalah tali yang bergetar. Setahun sebelumnya Werner Karl Heisenberg telah mengemukakan formulasi mekanika kuantum, tetapi perumusannya agak sulit dipahami ilmuwan masa itu. Schrödinger memperlihatkan bahwa kedua formulasi itu setara secara matematis

Dunia kuantum adalah dunia probabilitas, tempat banyak kemungkinan. Sekaligus tempat berbagai paradoks terjadi.
Dunia kuantum dipelajari dalam fisika kuantum, suatu cabang ilmu fisika yang mempelajari partikel-partikel dasar penyusun alam semesta. Jika kita mengira bahwa atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak bisa dipecah lagi, dunia kuantum ada dalam skala yang lebih kecil dari ukuran atom.
Bisa dibayangkan, kan? Kalau kamu pernah menonton ‘Ant Man’, yang sempat terjebak dalam ‘dunia kuantum’, seperti itulah gambaran mudahnya.
Partikel-partikel dalam dunia kuantum selalu berperilaku tak lazim. Itulah mengapa, dalam dunia kuantum, hukum fisika klasik, semacam hukum Newton atau sejenisnya, tidak bisa berlaku. Hukum fisika kuantum hanya bisa dijabarkan dalam bentuk persamaan matematika tingkat lanjut.
Gambaran mudahnya, jika ada pohon tumbang di sebuah hutan atau ada spesies baru yang lahir hari ini, pohon tersebut tidak bisa dikatakan tumbang dan spesies baru itu bisa dikatakan ada, sampai pengamatan terjadi (ada manusia yang melihatnya). Jadi, memang dalam dunia nyata tidak ada kucing yang ‘setengah hidup-setengah mati’, namun selama kotak tidak terbuka (tidak ada yang mengamati), persentase hidup dan mati si kucing adalah 50 persen alias sama besar (hidup dan mati secara bersamaan).
Jika kita ganti ‘kucing’ dengan ‘fungsi gelombang’, akan melahirkan banyak tafsir, salah satunya teori Many-Worlds Interpretation (MWI). Menurut teori tersebut, jika kita buka kotak dan kucing masih hidup, probabilitas ‘kucing mati’ tidak menghilang, tetapi mewujud di dunia paralel sebagai dampak dari percabangan superposisi.

.
#SalamHangatFisika
#HimafisBisa
#KabinetBersamaBersinergi
.
FB : Himafis Unram
IG : unram_himafis
LINE@ : http://lin.ee/vnYDGPr
Blog : unramhimafis.blogspot.com


Komentar

Populer

LKMO MAGANG

Mahasiswa Fisika UNRAM Raih Juara MTQ Nasional

Open Recruitment